Monday, June 9, 2014

The Man Who Will Not Die





Boku no Ita Jikan: a Japanese TV series

https://japanizedworld.com/wp-content/uploads/2013/12/Boku-no-ita-jikan-2.jpg

More info: asianwiki, dramawiki
Watch: dramago.com

Aku adalah orang yang skeptis. Kadang-kadang aku akan membenci adegan dramatis hanya karena aku tidak mempunyai perasaan yang sama dengan karakter yang kulihat. Sebagai manusia pun, aku merasa aku tidak punya perasaan dengan jumlah yang sewajarnya. Not nearly enough. Dan aku masih ingat bagaimana teman sekelasku berkata kalau dia sangat ingin melihatku menangis.
Because really, I look tough.
Jadi ketika aku memulai menonton drama ini, secara alami, aku hanya tertarik karena ada Miura Haruma (summary-nya mengungkapkan kalau ini adalah drama sedih dan normally aku tidak menyukai drama sedih). Aku bahkan berhenti saat mencapai episode 3 dan butuh bermingu-minggu untuk melanjutkan kembali.
Hal yang paling menyebalkan dari menonton drama ini adalah ketika aku mengingat samar-samar tokoh nyata yang berjudul Stephen Hawking. Why? Tentu saja karena tokoh utamanya mengidap penyakit yang sama. Aku tidak begitu tau Stephen Hawking, jadi awalnya aku mengira, mungkin dia terkena ALS pada usia yang lebih tua dari Takuto. Tapi selalu ada halaman wiki untuk orang terkenal dan aku terlalu malas untuk melihat halaman lain. Sepertinya gejala ALS tidak muncul seakhir yang kubayangkan. Dan tidak secepat yang digambarkan di drama.
Well, awalnya aku akan menulis bagusnya drama ini, tapi aku menulis ini setelah sekian lama dari aku selesai menonton episode terakhir dan sisi emosional-ku sudah menghilang. Anyway, there's not that much of angst here. Atau angst yang ada di sini terlalu jauh dari hidupku dan aku tidak menganggapnya sebagai angst.
Biasanya, drama dengan tokoh utama yang penyakitan dan mau mati itu akan mengalirkan air mata penontonnya--atau air liur kalau dramanya terlalu keren, tapi aku tidak ingat aku menangis menonton drama ini. Sekali lagi, semua itu salah Stephen Hawking yang muncul di The BigBang Theory dengan wujud yang tetap keren (not that I know apa yang membuatnya keren sebelum aku melihat halaman wiki itu, yang tetap saja aku tidak memahaminya).
Hal menyebalkan lainnya adalah, meskipun Takuto memutuskan untuk menjadi seperti kucing, melepaskan apa yang dicintainya di saat dia akan 'pergi', aku tetap tidak mengaguminya. Well, sebagian besar itu karena aku mengagumi karakter yang bisa jujur kepada pasangannya tentang apa pun (karena aku tidak bisa menjadi seperti itu) dan Takuto memilih untuk melarikan diri. Just like me.
Kenapa aku menulis the man who will not die sebagai headline? Karena meskipun Takuto dengan egois-nya menyimpan masalahnya sendiri, pada episode-episode akhir dia mulai menyadari kalau hidupnya bukanlah miliknya sendiri. Sebuah kalimat menyebalkan yang kupajang di tembok kamarku: because your life is not only yours. Mereka yang yang sudah kusentuh hidupnya, akan secara sadar atau pun tidak, mempengaruhi apa yang kulakukan terhadap hidupku. Itu juga yang mendasari keputusan Takuto untuk tetap hidup. Pada awalnya dia berpikir hidup adalah menjalani pilihannya dan tetap bahagia karenanya. Tapi tentu saja hidup tidak semudah itu. Ketika aku menyadari ada orang lain yang menggantungkan kebahagiannya padaku, aku tidak lagi bisa bahagia semauku. Mungkin itu yang membuat Takuto ingin hidup lebih lama: demi kebahagiaan mereka yang menggantungkan kebahagiaannya pada Takuto.
The lucky thing is: tidak ada ending yang menunjukkan kematian Takuto. Karena aku pasti akan sangat tidak puas dengan ending semacam itu. Klise.
Best quote menurutku: it's not that I want to die, it's because living is scary.
Best emotion menurutku: bagaimana dia tidak bisa membenci ibunya meskipun sang ibu selalu mengabaikannya. Karena bagaimanapun, seorang anak akan selalu merindukan pengakuan dari ibunya.
Me too, some days.

No comments:

Post a Comment

reader yg baik selalu komen apa yg uda di read...