Sunday, September 14, 2014

The World is Twisted, Keep Your Heart Straight

Golden Rainbow: a Korean drama

Watch: dramago.com

Di mataku, villain yang twisted itu selalu lebih keren daripada villain yang jahat. Tapi bukankah semua villain itu jahat? Well, I can't answer that. Karena Orihara Izaya tidak pernah terlihat jahat di mataku.
Drama ini manis, karena karakter-karakter antagonisnya memiliki alasan—yang meskipun kelihatannya tidak masuk akal—untuk menjadi antagonis. Lagipula, seperti kata Armin (Shingeki no Kyojin), baik itu relatif, jadi mungkin protagonis dan antagonis itu juga relatif.
Pada episode-episode awal, aku melihat tokoh-tokoh antagonis yang minta dibunuh. Tapi semakin episode berjalan, semakin aku melihat apa yang membuat mereka begitu. Dan itu membuatku berpikir, belum tentu aku tidak akan mengambil tindakan yang sama kalau aku berada di posisi mereka. Belum tentu aku bukan karakter antagonis di mata orang lain. Right?
Seperti halnya drama Korea yang unyu dan mendayu-dayu, drama ini juga begitu. Tapi aku selalu lemah kalau temanya family, jadi abaikan saja. Lagipula, Jung Ilwoo tidak pernah terlihat tampan saat menangis dan itu membuatku tertawa saat adegan sedih. So yeah, mungkin tidak terlalu sedih.
Seperti halnya drama sedih lainnya, aku hanya menonton drama ini karena tertarik pada tokoh utamanya. Di drama ini, tentu saja Jung Ilwoo. Dan Kim Yoojung, maybe. Dan aku tidak menduga ada villain dari Two Weeks juga (yang aku lupa siapa namanya). Ya, menurutku villain yang keren ini hanya bonus.

World works in a very weird way. Kadang dia memberikan kesempatan pada mereka yang berusaha keras tanpa lelah, kadang dia memberikan kesempatan pada mereka yang picik dan tidak mau berusaha. Kadang usaha keras seumur hidup memberikanmu ketenangan, kadang kesuksesan membuatmu terus khawatir. Kadang cinta datang tanpa alasan yang jelas dan tiba-tiba, kadang kau harus menunggu bertahun-tahun sampai akhirnya cintamu terbalas. Kadang kau harus meneriakkan perasaanmu dengan lantang sampai akhirnya diakui, kadang kau harus menyembunyikannya untuk melindungi dia yang kau sayangi.
Tapi kau selalu bisa membuat kesempatanmu sendiri. Kau juga bisa membuat kriteria suksesmu sendiri. Cinta adalah cinta bagaimana pun caramu mendapatkannya. Dan kau sendiri yang menentukan bagaimana kau akan menjaga perasaanmu. Dunia mungkin aneh. Kau sendiri yang menentukan kau akan ikut menjadi aneh atau tetap seperti dirimu (abaikan kalimat ini kalau dalam keadaan normal pun kau adalah orang yang aneh).
Hal yang menyebalkan dari drama ini adalah ketika Baekwon mengatakan kalau keluarga adalah mereka yang makan bersama. Kalimat itu sontak membuatku merasa kesepian. Sebelumnya aku tidak sadar bagaimana pentingnya makan bersama di rumah. Dan setelah menyadarinya, jurang yang ada sudah terlalu jauh dan sulit untuk dilompati sendiri.
Kata suatu fanfic (Heights, Shizaya), effort to mend a rift takes more than one person. Dan aku bukan tipikal manusia yang suka memberikan effort.
Jadi, whoever you are, kalau bisa, jangan pernah membiarkan munculnya 'rift' dengan orang yang penting bagimu. Mengembalikan bond yang sudah rusak itu lebih sulit daripada merusak bond yang sudah ada (ini kutipan dari Noragami tapi lupa bagian mana).
Tapi tokoh-tokoh di drama ini bisa mengatasi rift yang muncul di antara mereka. Dan itu tidak selalu berakhir dengan bahagia. Meskipun rift-nya lebar, asalkan tidak dalam, kau masih bisa melewatinya untuk menuju sisi sebelah. Namun jika rift itu lebar dan dalam, kadang apa yang akan kau pilih adalah meninggalkannya. Meninggalkan dia yang berada di tepian jurang di hadapanmu. Bahkan ketika dia mengejarmu dan terjatuh.
Spoiler: villain-nya berakhir gila. Karena villain-nya bukan hanya satu, mungkin ini masih buram sebagai spoiler. XP
Best quote menurutku: can I love a man and hide things from him at the same time? If I can't share everything with him, there's no reason for me to be with him. Amai, desshou? Aku juga menginginkan seseorang yang kepadanya aku bisa membagi semua yang aku punya. But then, I'm not a girl of words. So that's gonna be, like, really hard for me.
Best emotion menurutku: ketika Dooyoung mengungkapkan apa yang diinginkannya dari sebuah keluarga. Dia seperti kembali mengingat bagaimana fucked-up-nya keluarganya dan berharap sepenuh hati agar keluarganya nanti tidak mengalami hal yang sama. Me too, some days. But I wouldn't have it any other way, really.
I wanna love someone so deep that I give my heart on a silver platter for him to keep or throw away. Because I never believe in love before.

Monday, June 9, 2014

The Man Who Will Not Die





Boku no Ita Jikan: a Japanese TV series

https://japanizedworld.com/wp-content/uploads/2013/12/Boku-no-ita-jikan-2.jpg

More info: asianwiki, dramawiki
Watch: dramago.com

Aku adalah orang yang skeptis. Kadang-kadang aku akan membenci adegan dramatis hanya karena aku tidak mempunyai perasaan yang sama dengan karakter yang kulihat. Sebagai manusia pun, aku merasa aku tidak punya perasaan dengan jumlah yang sewajarnya. Not nearly enough. Dan aku masih ingat bagaimana teman sekelasku berkata kalau dia sangat ingin melihatku menangis.
Because really, I look tough.
Jadi ketika aku memulai menonton drama ini, secara alami, aku hanya tertarik karena ada Miura Haruma (summary-nya mengungkapkan kalau ini adalah drama sedih dan normally aku tidak menyukai drama sedih). Aku bahkan berhenti saat mencapai episode 3 dan butuh bermingu-minggu untuk melanjutkan kembali.
Hal yang paling menyebalkan dari menonton drama ini adalah ketika aku mengingat samar-samar tokoh nyata yang berjudul Stephen Hawking. Why? Tentu saja karena tokoh utamanya mengidap penyakit yang sama. Aku tidak begitu tau Stephen Hawking, jadi awalnya aku mengira, mungkin dia terkena ALS pada usia yang lebih tua dari Takuto. Tapi selalu ada halaman wiki untuk orang terkenal dan aku terlalu malas untuk melihat halaman lain. Sepertinya gejala ALS tidak muncul seakhir yang kubayangkan. Dan tidak secepat yang digambarkan di drama.
Well, awalnya aku akan menulis bagusnya drama ini, tapi aku menulis ini setelah sekian lama dari aku selesai menonton episode terakhir dan sisi emosional-ku sudah menghilang. Anyway, there's not that much of angst here. Atau angst yang ada di sini terlalu jauh dari hidupku dan aku tidak menganggapnya sebagai angst.
Biasanya, drama dengan tokoh utama yang penyakitan dan mau mati itu akan mengalirkan air mata penontonnya--atau air liur kalau dramanya terlalu keren, tapi aku tidak ingat aku menangis menonton drama ini. Sekali lagi, semua itu salah Stephen Hawking yang muncul di The BigBang Theory dengan wujud yang tetap keren (not that I know apa yang membuatnya keren sebelum aku melihat halaman wiki itu, yang tetap saja aku tidak memahaminya).
Hal menyebalkan lainnya adalah, meskipun Takuto memutuskan untuk menjadi seperti kucing, melepaskan apa yang dicintainya di saat dia akan 'pergi', aku tetap tidak mengaguminya. Well, sebagian besar itu karena aku mengagumi karakter yang bisa jujur kepada pasangannya tentang apa pun (karena aku tidak bisa menjadi seperti itu) dan Takuto memilih untuk melarikan diri. Just like me.
Kenapa aku menulis the man who will not die sebagai headline? Karena meskipun Takuto dengan egois-nya menyimpan masalahnya sendiri, pada episode-episode akhir dia mulai menyadari kalau hidupnya bukanlah miliknya sendiri. Sebuah kalimat menyebalkan yang kupajang di tembok kamarku: because your life is not only yours. Mereka yang yang sudah kusentuh hidupnya, akan secara sadar atau pun tidak, mempengaruhi apa yang kulakukan terhadap hidupku. Itu juga yang mendasari keputusan Takuto untuk tetap hidup. Pada awalnya dia berpikir hidup adalah menjalani pilihannya dan tetap bahagia karenanya. Tapi tentu saja hidup tidak semudah itu. Ketika aku menyadari ada orang lain yang menggantungkan kebahagiannya padaku, aku tidak lagi bisa bahagia semauku. Mungkin itu yang membuat Takuto ingin hidup lebih lama: demi kebahagiaan mereka yang menggantungkan kebahagiaannya pada Takuto.
The lucky thing is: tidak ada ending yang menunjukkan kematian Takuto. Karena aku pasti akan sangat tidak puas dengan ending semacam itu. Klise.
Best quote menurutku: it's not that I want to die, it's because living is scary.
Best emotion menurutku: bagaimana dia tidak bisa membenci ibunya meskipun sang ibu selalu mengabaikannya. Karena bagaimanapun, seorang anak akan selalu merindukan pengakuan dari ibunya.
Me too, some days.