Monday, June 20, 2011

tada, kimi wo aishiteru

finally crying.

tau deh, openingnya gak lucu. gak tau kenapa beberapa hari yang lalau she beneran pengen banget nangis. kalo yang kemaren itu she gak punya alesan buat nangis. dan mungkin sekarang bolehlah she nganggep she punya alesan buat nangis. cuma gara-gara nonton film sii. perlu gak dibilangin judul film nya? oke de, meski gak ada yang mau, anggep aja she posting resensi film. (dan kalo ada bramana danu di sini, dia bakal marah-marah gara-gara she gak fokus)
title: tada, kimi wo aishiteru (just, loving you)
international title: heavenly forest (gak penting juga si yang ini)
duration: gak ngitung tepatnya tapi sumpah pas nonton gak berasa.
she nyangka she beneran gak akan nangis kalo cuma buat cerita roman picisan yang gak jelas jeluntrungannya. tapi she salah. oke, salahkan cuaca juga yang bikin she pilek. (karena percaya gak percaya, keadaan pilek bisa bikin seseorang lebih gampang nangis--susah napas soalnya ^^ ). film itu mengisahkan tentang dua orang yang tidak sempurna (back then, everyone has their own flaws) dan menemukan orang lain yang sama tidak sempurna. sebutlah makoto dan shizuru (sumpah kalo cuma baca bagian nama yang ini doang she pasti bakal ngira ini yuri), dan anggep aja mereka kuliah di FBS--kalo itu kampus mereka bisa dianggep UNY.
awal pertemuan mereka begitu sederhana. ketika shizuru mencoba menyeberangi jalan yang begitu ramai hingga tak membiarkan seorangpun untuk menyeberang--dan tentu saja tidak ada orang yang terlalu baik hingga menghentikan mobilnya. dan makoto tidak melakukan hal lain selain mengatakan kalau tempat itu memang tidak lazim untuk menyeberang. shizuru didn't care though.
and they keep bumping into each other in a nice way--kalo diliat dari segi drama. tapi makoto hanyalah seorang penyakitan yang menjauhkan dirinya dari perdaban karena merasa malu pada dirinya yang dianggapnya berbau obat--itu hanya perasaannya, sih. dan shizuru? dia hanya seorang gadis yang selalu berusaha untuk tidak tumbuh dewasa karena dia tau begitu dia tumbuh dewasa penyakit yang bersarang dalam tubuhnya juga akan tumbuh bersamanya dan membunuhnya pelan-pelan (i really wanna know ini penyakit apa! di film nya bahkan gak disebut nama penyakitanya...).
lelaki mungkin tidak menyukai wanita 'selalu' dari penampilannya. tapi penampilan lah yang pertama kali akan menarik seorang lelaki (apa ini alesan... *dibekep sebelum ngelantur*). jadi bukan hal aneh kalau makoto akan menyukai miyuki yang begitu cantik, mempesona, dan dewasa. dan memang itulah yang terjadi. shizuru hanya bisa keep babbling that someday dia bakal dewasa juga. punya bentuk tubuh yang bagus dan dicintai semua orang. tapi apa kau akan percaya kalau seorang gadis berusia dua puluh satu tahun mengatakan dia masih punya gigi susu? normalnya kau hanya akan menertawakannya. dan makoto sangat normal.
skip deh. begitu makoto menyadari bahwa selama ini shizuru lebih dari sekedar sahabat untuknya, saat itulah dia menyadari kalau seharusnya dia lebih cepat menyadarinya. karena ketika dia merasa dia punya rumah tempat dia akan berpulang, saat itu juga dia kehilangan tempat bernaung bagi hatinya. apa kalimat ini membuat kalian berpikir shizuru mati karena penyakit aneh yang tadi? not that fast. but gak seru aja kalo itu juga diceritain. yang jelas ni movie sweet banget. apalagi kalo ditonton saat hidung lagi mampet sebelah. feel pengen nangisnya dapet banget.
ada yang mikir ini film baru? bukan. ini movie terbitnya 2006 or somewhere near that lah. dan mungkin telat banget review ini muncul. tapi buat yang belom nonton, nonton aja de. gak bakal kecewa. oiya, chiaki-senpai (pemeran makoto--lupa nama aslinya) ternyata lebih cakep pas jadi anak kuliahan... *bayangin* *dilempar sandal*
eh, mau back to pernangisan deh sebelum blog ini, eh, entri ini ditutup. she tu sesenggukannya pas udah ditambah baca note yang di-tag ke she di facebook. note itu cuma menyatakan betapa seorang ayah akan menyayangi anaknya. tapi entah kenapa, meskipun kata-kata di note itu gak nyambung sama kehidupan she, tetep aja rasanya sakit kalo inget she adalah tipe orang yang akan selalu menolak kalo dipeluk ayah--padahal seneng banget kalo dipeluk ibu.
she liat lagi entri yang pernah she bikin--yang diawali dengan poem 'loner'. dan she kembali mengingat satu hal buruk. satu malam di saat she sakit dan ayah justru nowhere to be found. dan figur ayah di mata she saat itu sangat buruk kalo mau tau. jadi i keep blaming him--cuma deep inside my heart, sih. back then, mungkin itu juga alesan she gak suka dipeluk ayah. she masih juga gak bisa menerima kalo dalam masa terburuknya, seorang manusia yang sangat baik sekalipun dapat tergoda oleh godaan iblis. dan mungkin saat itu adalah salah satunya.
ah, get over it. nyatanya she gak akan bisa kalo bercerita dengan gambalng. bakal menyakitkan.
jadi, she cuma mau bilang kalo she punya rencana buat bikin sasunaru version of that movie i reviewed before. semoga aja dengan nulis ini somewhere bisa bikin she beneran bikin. hehe... ^^

sign,
shepalonewalker.
= ^.^ =

written at monday, june 20 2011 9:23 pm

Saturday, June 4, 2011

bond: another poem

i'm a loner
bukan karena aku menginginkan kesendirian
bukan juga karena dunia yang meninggalkanku

aku hanya berpijak pada kakiku
tak berani mengambil sandaran
karena aku takut menyadari betapa rapuhnya kakiku

aku bergantung pada diriku sendiri
tidak mencoba bergantung pada orang lain
aku takut mengetahui betapa aku tak mampu

aku berjalan sendirian
bukan karena tak ingin ada orang yang berjalan di sampingku
aku hanya takut tak mampu lagi berjalan sendiri
aku takut terbiasa dengan keberadaan orang lain

bohong kalau aku bilang aku bisa hidup sendiri
nyatanya masalah tak pernah selesai ketika aku meninggalkan dunia
dunia akan tetap berputar
dan masalah, tetap adalah masalah

bohong kalau aku bilang tak ingin menambatkan hatiku
tapi aku selalu tau betapa rapuhnya ikatan itu
aku takut merasa hilang
satu saat ketika aku tak lagi terikat

mungkin aku hanya pengecut
yang tak ingin diriku terluka
tapi kehidupan menunjukkan padaku dengan caranya yang terkejam
bahwa kau harus selalu bisa mengandalkan dirimu sendiri
bahwa tak seorang pun mampu menolong jika kau tak menolong dirimu sendiri




a.n.
a lot of sorry. she gak pernah berpikir rasanya bakal sakit kaya gini kalo she lagi mikirin tentang ikatan. bond. kizuna. awalnya she kira kebanyakan baca fanfic sasunaru cuma bakal bikin she addicted to yaoi. tapi ternyata she salah. semua itu cuma bikin she mikir lagi. pernah gak si she punya ikatan yang demi ikatan itu she rela sampe termutilasi hanya untuk menjaga ikatan itu? (ref: kata-kata naru pas mau nyampe markas bakoro)
nyatanya, she gak pernah punya. bahkan ikatan yang akan membuat she berkorban sedikit aja untuk menjaga ikatan itu, she gak pernah berani bikin. bukan karena gak mau. she selalu berusaha untuk mengikat seseorang. seseorang yang bakal bisa she jadiin pegangan di saat she ilang gak tentu arah. nyatanya ada sesuatu di dalam diri she yang melarang itu terjadi.
pernah suatu ketika temen she seneng banget karena liat she nangis. karena she gak pernah mau nangis. apalagi nangis buat orang lain. like hell i would! karena she selalu berpikir, kalo ada orang yang pantes buat bikin she nangis, orang itu adalah orang yang selalu menjaga she buat gak nangis. haven't found that one.
dulu, she yang warnanya masih putih polos bakal dengan mudahnya bikin ikatan sama siapapun. semua orang itu baik--anggepan yang ini masih berlaku sampe sekarang, sih. she sendiri juga gak tau kapan tepatnya muncul shield di jantung she. yang selalu menjaga biar jantung itu tetap berdetak meski she sendirian. yang menjaga jantung itu tetap berdenyut meski gak ada satu pun lagi yang bisa she andelin. ketika she cuma bisa mengandalkan diri sendiri.
sekarang, meski hidup she looks like perfect--good friends (real friends and fake friends--hey, idon't have fake friends!), good parents (haven't thought they match to each other before high school), good brother (this one is best--i didn't expect him to be this great though), good life--tetap aja warna she udah bukan lagi putih polos. polos mungkin, tapi warnanya kelabu. dan she bersyukur itu bukan hitam. she gak punya kakak laki-laki yang membunuh seluruh anggota klan after all. (ref: sasuita's relationship) yang she tau, semua yang dilakukan dengan usaha keras, pasti akan mendapatkan balasannya (so proud of you, mom). ketika awal dari perjuangan itu terasa berat, saat itulah kau sadar bahwa ketika kau berhasil melewatinya itu akan sepadan.
she gak pernah berencana buat bilang ini ke siapapun, tapi entahlah, mungkin batin she ngerasa she butuh pembelaan as to why i can't make that f**kin' bond.
orang tua she adalah the best parents ever. mereka saling menyayangi--dan mungkin kadang terlalu berlebihan. mereka mengerti satu sama lain dan bisa menerima kekurangan dari yang lain dengan tangan terbuka dan senyum yang cerah. tapi itu sekarang.
ada yang bilang--dan bukan cuma satu--kalo she tu selalu ngomong dengan nada yang sinis. baru belakangan ini she nyadar dari mana itu berasal. kemungkinan pertama: keturunan. i talk the way my dad does. kemungkinan kedua: kehidupan yang sinis ma she--oke yang ini terlalu sinetron, jadi yang paling mungkin adalah kemungkinan pertama. dan kenapa she gak mewarisi cara bicara mom yang soft and relaxable itu?
fact: semasa kecil she sering banget ditinggal di rumah bareng my dad doang. dan siapa coba yang ngomong sama she di saat-saat seperti itu. she kecil--yang sekarang masih juga kecil--sering ngeliat ibunya nangis di saat ayahnya gak di rumah melainkan di antah berantah. anak kecil yang masih polos itu juga pernah ngeliat ibunya yang gak nangis--tapi tetep gak bisa nutupin kesedihannya--di saat nulis surat ke orang tuanya dan menyatakan kalau keluarga kecilnya bahagia. anak itu juga pernah gak sengaja baca buku yang berisi tulisan-tulisan sedih ibunya--yang mungkin gak pernah diceritain ke manapun. oh, she's so screwed kalo orang tua she sampe baca ini. tapi she pengen banget mengangkat sedikit beban anak kecil itu. she pengen melihat dunia seakan ada orang yang bisa she jadiin pegangan sampe akhir. kalo orang yang akan menikahi she gak akan bikin she mencoba kabur dari rumah di saat she gendong anak yang umurnya bahkan belum genep setaun sambil nyeret anak pertama yang belum juga lulus tk--hanya karena umur pernikahan yang masih terlalu muda.
oke, ini mulai melenceng. tapi pernikahan juga ikatan, kan? setidaknya, kalo she nikah nanti, she bakal nikah sama orang yang berhasil bikin she rela mengorbankan sesuatu untuknya. karenaa itu berarti she punya alesan untuk bilang dia 'berarti.'
dan kalo she harus bilang siapa temen she yang sebenernya, orang-orang yang masih bisa tahan ada di sekitar she padahal udah tau she itu nyebelin pake banget, berarti orang itu pantes disebut temen.
afraid that it would be too long if i don't stop it here, so...

=^.^=
sign,
shepalonewalker.